Kisah ini saya susun berdasarkan fakta yang saya dapat dari cerita pribadi salah seorang bekas teman karib semasa kuliah S2 di UI dulu. Ia baru saja menikah sekitar empat tahun lamanya. Yanti nama temanku itu. Sementara suaminya bernama Pras. Kejadiannya bermula ketika Pras mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pras memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi. Sebagai seorang isteri, Yanti tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Pras menjadi Area Sales Manager dalam waktu dekat. Yanti tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu, sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Pras untuk meningkatkan prestasinya.
Karena kesibukannya itu, Pras sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri. Hari-hari Yanti penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya, Prambudi. Prambudi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Prambudi tinggal serumah dengan mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Pras sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Yanti dan mertuanya keasyikan mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru berhenti mengobrol.
Yanti merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah menjadi periang. Sejak itulah, Yanti bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Yanti kini terobati. Dan harus diakui oleh Yanti, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun sangat diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang pria yang sudah berumur dan kaya pengalaman.
Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat meninggalkanku.." kata mertuanya sambil menghirup minuman favoritnya, susu kedelai yang disediakan Yanti.
Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Yanti yang sudah tidak menentu arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan ranjang yang pernah mereka lakukan.
"Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan.." kata mertuanya mengenang masa lalu.
"Pernah aku dibikin kewalahan, untung saja aku rajin olahraga dan latihan pernafasan jadi tak sampai kebobolan...." lanjut Prambudi dengan santainya mengupas seluruh rahasia rumah tangganya.
"Kamu belum ngantuk, Yanti..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping Yanti.
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Yanti pun mulai curiga dengan sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.
Tatapan mata Prambudi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik Yanti.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.
"Gila, ayah! Aku 'kan anak ayah?"
"Ayolah, Yan. Kali ini aja..."
"Ayah! Sadarlah... aku ini istri anakmu... Yanti..."
"Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak halus mertuanya sambil menarik tangan Yanti ke kamarnya. Yanti berusaha menolak, tapi kalah tenaga dengan Parmbudi.
"Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Yanti sambil menepis kedua tangan kekar Prambudi yang kini sudah hinggap di payudara 36 B miliknya. Di kamar, Yanti masih berusaha menolak. Tapi bukan Prambudi namanya kalau tidak bisa membuat kaum perempuan berbuka kutang dan CD untuknya. Sambil terus merayu, tangan Prambudi tidak henti-hentinya menggerayangi aurat Yanti. Lama-lama Yanti merasa keenakan juga.
"Mau ya Yanti.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya. Membuat Yanti terbelalak melihatnya.
"Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang bantu melepaskan pakaianmu..!"
Sungguh, Yanti merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi sebagai seorang isteri normal, Yanti jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya, karena kesibukan kerjanya. Selain itu, faktor tubuh mertuanya yang mirip model majalah fitness itu, tak urung membuat libido Yanti ikut naik juga. Mertuanya itu benar-benar seksi sekali kalau sedang telanjang bulat begini.
Begitu Yanti bugil, Prambudi tampak meneguk ludahnya berkali-kali. Jakunnya tampak turun-naik. Bagaimana tidak turun-naik, tubuh menantunya ini benar-benar indah. Bahunya lebar, kentara suka sekali olahraga. Payudaranya tampak besar, kenyal, dan montok. Perutnya rata dan nyaris tak ada lemaknya. Pinggang dan pinggulnya tampak ramping dan bundar. Kaki, betis dan pahanya tampak kencang dan mulus. Ckckck... Kalau Yanti mau, rasanya dia bakalan sukses jadi peragawati. Betapa bodohnya anakku itu! Wanita semolek Yanti dianggurkan begitu saja.
Sementara itu dengan lembutnya Prambudi membaringkan tubuh Yanti ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh Yanti dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah perutnya. Payudara Yanti dijilati dengan penuh semangat berikut kedua putingnya, sambil sekali-kali diremas-remas dengan perlahan. Yanti menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat sampai di bagian benda kewanitaannya, Prambudi menyibakkan rambut-rambut kemaluan Yanti yang lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. Dengan sengaja Prambudi memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Yanti sambil kelentitnya dipegang-pegang.
Tidak lama Yanti telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya itu. Perasaan nikmat yang sudah lama tidak dirasakannya, kini kembali lagi. Bedanya hanya aktornya saja. Kalau saat ini mertuanya, di masa lalu suaminya sendiri. Berpikir sampai di situ, tiba-tiba Yanti bergerak liar. Diraihnya kepala Prambudi dengan kasar. Lalu ditekannya kepala itu agar lidahnya yang kasar bergerak lebih dalam lagi menembus lubang memeknya. Tak jarang Yanti mencakari bahu mertuanya yang kokoh, demi merasakan gelombang nikmat yang datang susul menyusul akibat jilatan lidah lelaki tua itu.
Kegelisahan Yanti semakin bertambah menyusul ditambahnya rangsangan erotik oleh mertuanya. Jilatan lidah itu diikuti oleh tusukan jari-jari kekar mertuanya di lubang birahinya. Membuatnya seperti gila, dipanggang oleh kenikmatan birahi. Erangan erotis terus meluncur deras dari bibirnya yang indah. Pantatnya ikut naik-naik sebagai respon dari jilatan lidah dan tusukan jari-jemari mertuanya di kemaluannya. Pahanya tak lepas mendekap kepala mertuanya, sementara tangannya terus menekan kepala itu agar lebih liar lagi mengerjai lubang surgawinya. Sampai akhirnya Yanti terdorong hingga ke suatu titik yang sudah tak mampu ditahannya lagi. Jilatan lidah, gigitan lembut dan tusukan jari-jemari kasar Prambudi di daerah kemaluannya, berhasil membuatnya mencapai puncak untuk yang pertama kalinya.
"Ayaaahhhh... Aaahhh... Aaaahhh... Nikmaaattthhhh... Yyaaahhh..." jerit Yanti sambil menggeliat-geliat bak cacing kepanasan. Tubuhnya tampak berkejat-kejat liar, bagaikan disetrum listrik sekian watt. Tangannya tak urung menjambaki rambut Prambudi sedangkan tangannya yang lain, dia pakai untuk meremasi seprai spring bed itu. Sementara, Prambudi sendiri sibuk menjilati cairan birahinya Yanti yang meluber keluar dari memeknya yang beraroma harum itu. Tak setetespun cairan itu, yang rasanya gurih, dibiarkan tersisa oleh Prambudi. Semuanya dia telan habis hingga memek menantunya itu bersih dari sisa-sisa cairan birahinya.
Puas menjilati memek Yanti, dibiarkannya Yanti beristirahat sejenak. Dipeluknya tubuh menantunya dengan sepenuh kemesraan. Yantipun segera menyambut dekapan lelaki itu dengan sepenuh hati. Untuk beberapa saat lamanya keduanya tak ada yang bergerak, saling berpelukan erat. Hanya degup jantung mereka saja yang berbicara satu sama lain.
Beberapa saat kemudian setelah dirasanya Yanti cukup beristirahat, Prambudi segera memulai kembali gerakannya. Dia memagut mencium bibir Yanti yang indah itu. Ciuman mertuanya itu segera disambut Yanti dengan ciuman yang tak kalah mesranya. Dipeluknya tubuh kokoh lelaki itu erat-erat, sementara ciuman mereka semakin lama bertambah liar dan panas. Ciuman Prambudi yang dahsyat itu ditambah nakalnya tangan-tangannya merambahi titik-titik erotisnya, membuat gairah birahi Yanti yang sempat turun setelah ejakulasi tadi naik kembali.
"Sekarang giliran ayah, ya?" goda Yanti usai percumbuan yang panas itu.
Yanti meminta mertuanya untuk berbaring. Prambudi hanya tersenyum saja mendengar permintaan menantunya itu. Yanti tidak ingin terburu-buru. Untuk sesaat diacuhkannya senjata Prambudi yang sangat mengiurkan itu. Dia lebih memilih untuk menggerayangi tubuh mertuanya terlebih dahulu sebelum tembak ke sasaran. Dan Yantipun melakukan itu. Dia pagut bibir mertuanya yang tebal itu. Dari situ bibir dan lidahnya merambahi setiap detil lekuk-lekuk persegi di tubuh olahragawan yang fanatik itu. Membuat Prambudi termegap-megap sendiri. Dia tak pernah sekalipun menyangka bahwa menantunya kenal dengan teknik ini. Seks mandi kucing yang biasa dilihatnya dalam ratusan film porno koleksi pribadinya. Yang selama ini selalu menjadi impiannya saat sedang beronani, bisa terwujud juga. Sungguh dahsyat sekali nikmatnya. Dari tadi Prambudi hanya berah-ih-uh-eh-oh saja.
Sampai juga pengembaraan mulut Yanti di rudalnya Prambudi. Langsung diraihnya senjata andalan Prambudi yang ukurannya menakjubkan itu. Selain besar dan panjang, kemaluan mertuanya itu terlihat sudah sangat tegang. Lidah Yanti menjilati seluruh batangan mertuanya yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya mata Prambudi sampai merem-melek merasakannya.
"Oh Yanti... oohhh... nikmatnyaaahhhh..."
"Ohhh... oohhh... ssedaaapphhh... oohhh nikmatthhh..." jerit Prambudi lagi saat kontolnya digesek-gesekkan Yanti ke belahan dadanya yang ranum itu.
"Aku sudah tak tahan, Yanti.. masukkan saja ya, Nak..?" ujar Prambudi di tengah-tengah kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya. Puas sudah dirinya, merasakan nikmatnya dioral Yanti selama lebih dari 15 menit.
Yanti hanya tersenyum penuh arti dengan permohonan ayah mertuanya. Penuh antusias, segera ia naik ke atas tubuh atletisnya. Diarahkannya pantat montoknya ke arah selangkangan mertuanya. Lalu dengan tangan kirinya, dituntunnya batang kemaluan Prambudi yang sudah sangat meradang itu masuk ke belahan liang senggamanya.
"Blesshh.. bbllessshhh... jlleebbb... jjjlleeeebbbb....!" Setelah dicoba beberapa kali sambil sesekali diludahi Yanti, masuk sudah kontol seukuran pisang tanduk itu tertelan memek Yanti.
"Aaaahhh... Aaaahhhh... Ooohhhh..." jerit nikmat Yanti dan Prambudi hampir bersamaan merasakan persatuan kelamin yang sangat nikmat ini. Sungguh bagi Prambudi, memek Yanti benar-benar sedap sekali. Selain sempit, legit juga menjepit. Bahkan mendiang istrinya pun tak sedahsyat dan senikmat ini jepitan memeknya. Mungkin selain jarang dientot sama Pras, Yanti ini belum punya anak juga, jadi rasa memeknya benar-benar maknyyooossss....
Sedangkan bagi Yanti, ukuran kontol mertuanya ini benar-benar spektakuler. Begitu besar, panjang, dan keras. Tak ada ruang dan celah yang tersisa di memeknya. Rasanya bagaikan disumbat terong yang besar ukurannya. Gesekan urat-urat batangnya terasa sekali di dinding memeknya. Geli-geli, tapi edan tenan enaknya!!! batin Yanti.
Padahal ukuran kontol Pras, terbilang besar dan panjang juga buat ukuran orang Indonesia, namun kedahsyatan nikmatnya beda jauh dengan kontol ayahnya sendiri. Sesudah itu, mulailah Yanti dan Prambudi bergerak. Yang satu memompa naik-turun, satunya lagi bergerak memutar-mutar sambil naik-turun. Semakin lama gerakan keduanya semakin cepat, membuat suatu simfoni erotik yang indah di malam yang dingin ini. Erangan dan desahan erotis tampak terdengar semakin kencang dan bersahut-sahutan dari dalam kamar itu.
"Aaahhh... aaahhh... aaahhh..." desah Yanti sambil meremas-remas payudaranya sendiri.
"Oohhh... yyaaahhh... yyyaaahhh..." pekik nikmat Prambudi merasakan gencarnya persatuan kelamin yang mereka lakukan saat ini.
Payudara indah Yanti yang bergoyang-goyang liar, tak lepas-lepasnya diremas oleh Prambudi. Yanti hanya mendesah-desah nikmat, merasakan remasan sepasang tangan berotot di payudaranya. Wajahnya yang cantik tampak mendongak ke atas, merasakan nikmatnya dirangsang di dua titik sekaligus, payudara dan memeknya. Memeknya yang sejak tadi dihajar tanpa ampun oleh Prambudi, membuat klitorisnya tampak semakin membengkak. Tergesek-gesek oleh kontol Prambudi yang sibuk keluar-masuk menjajah liang surganya. Rasa nikmat yang berpusat di kemaluannya, semakin kuat menjalari sekujur tubuhnya.
Gerakan payudara menantunya yang liar itu membuat Prambudi merasa tak tahan juga. Tidak puas hanya dengan menggerayangi sepasang payudara itu, Prambudi pun berusaha bangkit untuk menjilati kedua gunung kembar menantunya, seperti bayi yang haus akan air susu ibunya. Segera setelah mulut Prambudi mencapai payudara indah Yanti, Yanti pun dengan sengaja mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun yang kiri.
"Aaahhh... Yyyaahhh... aahhhh... terusshhh... jilatiiihhh... aaahhh... tokettt Yaaanntiihhhh..." jerit Yanti merasakan nikmatnya disusui oleh lelaki tua yang ganteng ini.
Tak urung kenikmatan yang didapatkannya semakin bertambah. Apalagi Prambudi tampak rakus dalam menyusui payudaranya. Pelukannya di tubuh sang mertua semakin dipererat, dan kepala Prambudi yang asyik menggumuli payudaranya, ditekannya semakin kencang. Alhasil begitu payudaranya selesai dikerjai Prambudi, warnanya sudah tak karuan lagi.
Yanti pun seakan tidak mau kalah. Begitu Prambudi berbaring kembali, kuku-kuku jarinya yang cukup panjang itu, dia guratkan ke dada dan perut mertuanya yang berotot. Sementara goyangan pinggulnya semakin liar saja. Memutar-mutar bak goyang ngebornya Inul, membuat lelaki itu tampak meringis-ringis penuh nikmat.
"Ooohhh... ooohhh... ssshhh... aaahhh... terusss... sayaaangghhh..." desah Prambudi.
"Oohhh... yyyaaahhh... yyaaahhh... ssshhhh... eeennnaaakkk..." lanjut Prambudi lagi.
"Uh.. uh.. uh.." terdengar erangan kenikmatan dari mulut Yanti mengiringi gerakan liar tubuhnya yang naik-turun. Setelah 20 menit dipompa Prambudi, Yantipun merasa tanda-tanda.
"Aaahhh.. aahhh... mmhhhh... Aku mau keluar, Yah..!" ujar Yanti dengan nafas memburu. Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Dia mengalami orgasmenya.
Namun, Prambudi kelihatannya belum mau berhenti juga. Prambudi lalu menyuruh Yanti untuk merubah posisi permainan seks mereka. Disuruhnya Yanti menungging. Kedua tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Prambudi segera mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Yanti.
Dengan sekali hentakan, "Bless..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya. Prambudi dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Yanti dari belakang sambil kedua tangannya berusaha meraih payudara Yanti yang memang sangat merangsang Prambudi. Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.
Tak lama memek Yanti mulai membasah lagi, tanda dia sudah mulai terangsang kembali. Merasakan nikmatnya disodok oleh kontol sakti mertuanya.
"Aaahhh... aaahhh... Yaaahhh... aaahhh... eennaaakkkhhh... terussshhh... mmhhhh..." desah Yanti penuh nikmat merasakan pompaan mertuanya itu.
"Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda.." pikir Prambudi ditengah serangan gencarnya.
Dalam posisi ini, tak lepas dirangsangnya lubang anus Yanti. Dia tusukkan jari telunjuk dan jari tengahnya secara bergantian ke lubang itu, membuat Yanti semakin histeris saja.
"Yyaaahhh... Yyaaahhh... Aaahhh... nikmaaattthhh... aaahhh... terussshhh... ooohhh..." jeritnya sambil mencengkeram erat sandaran ranjang yang kokoh itu.
Kemaluan Prambudi yang terbenam erat di memeknya, tergesek erat dan kasar, keluar-masuk memeknya, tapi terasa sekali nikmatnya. Membuat mata Yanti seakan-akan bolak-balik akibat gelombang nikmat yang dia rasakan. Kalau tadi Prambudi yang menyesal, kini Yantilah yang menyesal...
"Coba dari dulu aku merasakan nikmatnya kontolnya. Pasti malam-malamku akan selalu bergairah..." pikirnya.
Menit-menit berlalu, gerakan dan erangan erotis keduanya semakin liar saja. Akhirnya setelah dipompa 20 menit lebih, pertahanan Yanti pun bobol juga. Dia sampai di puncaknya yang ketiga.
"Yyaaahhh... aaakkkuuu... sampaiissshhh..." jeritnya. Tubuh Yanti tampak berkejat-kejat liar bagaikan disetrum oleh listrik 1000 watt.
Sedetik kemudian, Prambudi merasakan kontolnya yang terbenam erat di memek Yanti tersiram cairan birahi. Prambudipun segera memperlambat gerakan pompaannya, hingga akhirnya berhenti sama sekali. Dibiarkan Yanti istirahat sejenak sambil dipeluknya lembut. Mereka tetap bertahan dalam posisi ini. Kemudian diremas dan diciumnya lembut tengkuk dan punggung menantunya yang sudah berkilat oleh keringatnya itu.
Yanti segera mengubah posisinya begitu dia pulih dari histeria ejakulasinya tadi. Dia telentang sekarang. Melihat itu, Prambudi segera menindih tubuh menantunya. Mereka pun lalu berciuman mesra sekali sambil saling meremas-remas. Ciuman keduanya semakin liar, hingga akhirnya Yanti mulai bergairah kembali.
Sambil tak henti-hentinya mengagumi kekuatan fisik Prambudi dalam hati, dia buka selangkangannya lebar-lebar. Lalu dituntunnya kembali kejantanan mertuanya yang masih perkasa itu ke arah kemaluannya. Dengan diarahkan Yanti, Prambudi segera menancapkan kembali kontolnya yang masih sangat bugar itu kembali ke liang surgawi menantunya.
"Blesshhh... blesshhh... blessshhh..."
"Aaahhh... Yantiihhh... aaahhh..." erang Prambudi yang langsung ditimpali Yanti, "Oohhh... Yyaahhh... yyyaaahhh..."
Begitu kontol itu tertancap dalam, dijepitnya pinggang mertuanya erat-erat dengan betisnya yang mulus. Sejurus kemudian keduanya sudah hanyut kembali dalam pergumulan yang liar itu. Prambudi membuat gerakan menarik dan mendorong, sedangkan Yanti menyambut sodokan kontol mertuanya dengan menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya.
Pada posisi ini, Prambudi asyik mencumbui bibir dan wajah Yanti sambil sesekali meremasi payudaranya. Yanti sendiri asyik mencakari punggung Prambudi, membuat kulitnya yang liat tampak guratan-guratan merahnya. Bukit dada Prambudi yang liat tampak menghimpit gunung kembar Yanti yang ranum. Gesekan erat dada-dada mereka, membuat Prambudi dan Yanti melenguh-lenguh terus dari tadi.
"Mmmhhh... aaahhh... aaahhh... oohhh..."
Keringat yang mengalir deras membuat tubuh keduanya bagaikan ada minyaknya. Meskipun begitu, terasa indah kelihatannya. Membuat keduanya terlihat semakin seksi saja.
Akhirnya setelah mereka bercinta sejam lebih, Yantipun keluar untuk yang keempat kalinya.
"Aaaahhh... Yyyaaahhh... Aaa... aaakkuuhhh aaahhh... Ssaammppaaaiiissshhh..."
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba giliran Prambudi yang merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya. Perasaannya pun terasa melayang-layang. Matanya yang bulat itu terbeliak dan kemudian melotot. Yanti yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera mendorong dada mertuanya. Memintanya untuk bangkit. Setelah keduanya memposisikan diri, diraihnya rudal king size Prambudi dan dikocok-kocoknya agar segera sampai di puncaknya.
"Hhhmmm... aaahhh... aaahhh... Akkuuhhh... mau keluaaarrrhhh Nnaaakkk..." desisnya berkali-kali.
"Aaahhhh... aaahhhhh... Yaaannntttiiihhhh.... ooohhh... ooohhh..." Mata Prambudi tampak terbeliak, lalu...
"Crrrootttt... crrrroootttt... cccrrrroootttt..." Cairan sperma dari batang keperkasaan Prambudi keluar menyemprot dengan derasnya. Membasahi wajah, rambut, leher dan payudaranya. Sebagiannya masuk ke mulutnya. Terasa kental dan gurih di lidahnya, pikir Yanti. Yanti segera menghisapnya sambil mengurut-urut kejantanan mertuanya, hingga semua cairan lelaki itu tuntas keluar. Batang kemaluan itu pun kemudian dijilatinya sampai bersih.
Tak lama, kedua pasangan itu tampak berbaring bersisian. Wajah-wajah mereka tampak sangat letih sekaligus sangat puas.
"Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya? Ayah benar-benar puas sekarang..." ujar Prambudi sambil berujar ke Yanti. Mereka berbaring sambil berpelukan mesra.
Yanti hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun batin. Dalam hatinya ia berkata, "Dasar tua bangka..! Menantu aja di 'makan'..!"
"Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Prambudi menambahkan sambil mencium kening Yanti yang masih basah dengan peluh itu. Yanti tidak menjawab komentar Prambudi. Yang dia lakukan hanyalah memeluk tubuh mertuanya lebih erat. Kepalanya dia surukkan lebih dalam ke bahu mertuanya yang bidang.
Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, Yanti merasa telah mengkhianati suaminya dan Prambudi merasa telah mengkhianati mendiang istrinya. Tetapi rasa puas yang mereka rasakan lebih dominan. Gairah seksual yang terpendam diantara mereka berdua, akhirnya tersalurkan juga. Tak heran sejak malam itu, setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Yanti jarang sekali menolak. Dia selalu melayani Prambudi dengan penuh semangat. Hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua kali saja, bahkan mereka melakukannya layaknya suami-isteri saja.
Maklum... selain suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Yanti karena kesibukan kerjanya, dari segi postur tubuh, ukuran kontol, teknik dan stamina bercinta, Prambudi jauh lebih unggul dari anaknya sendiri.
Enak banget Yanti, ya..?