Lelaki seperti aku ini bukanlah lelaki yang puas hanya dengan berhubungan dengan satu wanita. Postur badanku yang gagah; tinggi, besar, tegap, dan atletis, membuatku sering dilirik kaum wanita. Tak jarang dari mereka yang mengajakku kencan, dan tentu saja aku melayaninya dengan senang hati. Aku sudah menikah selama 7 tahun lamanya dengan istriku. Kali ini aku akan ceritakan kisah nakalku dengan keponakan istriku sendiri.
*****
Sekarang kami tinggal di rumah dengan type mungil ditambah satu orang pembantu dan sering kali keponakkan perempuan kita menginap disana. Pada hari tertentu Keponakan nginap karena dia harus masuk pagi ke kampus, supaya nggak telat katanya. Keponakan berkulit coklat dan manis, dan sudah kuliah semester lima. Tergolong pintar dibandingkan temen-temennya yang lain, IPK-nya 3,4. Sore itu aku pulang lebih awal dari kantor, kulihat keponakkanku duduk di teras depan dengan kedua teman perempuanya. Mereka seperti sibuk membuka buku-buku kuliah.
"Lho, kok pada duduk diluar! Belajar di dalam sana!" sapaku.
"Sore Oom..!" kata kedua temannya serentak.
Aku ikut duduk di lantai sambil membuka sepatuku dan coba melihat buku apa yang mereka baca.
"Mau ujian baru pada buku?" kataku.
"Iya nih, besok ujian akhir Oom.." kata temannya yang satu.
"Ujian apa?" tanyaku lagi.
"Akuntansi Biaya, Oom" jawab keponakkanku.
"Mau Oom ajari nggak, Oom kerjanya ngurusin akuntansi perusahaan" tawarku.
"Mau, mau Oom.." serempak mereka berteriak.
"Oom mandi dulu yah.." kataku sambil masuk ke dalam rumah.
Kulihat sekilas gadis-gadis muda belia itu, segar dan benar-benar membuatku mengenduskan nafas panjang. Selesai mandi sesuai dengan janjiku aku ajari mereka soal akuntansi, sampai jam 8.00 malam temannya yang satu pamit pulang sedangkan temannya yang satu nginap di rumahku.
*****
Malam itu aku masih menonton film tengah malam, kudengar pintu kamar keponakkan terbuka dan kulihat keponakkan bangun dari tidurnya.
"Belum tidur Oom!" katanya sambil menggosokkan matanya.
"Belum! Mau ngapain bangun malam begini" tanyaku.
"Haus Oom, Pinta mau minum" jawabnya sambil duduk disampingku.
"Ya, udah Oom ambil dulu!" kataku.
Kulihat dia memakai baju longdress pendek tipis dan tanpa menggunakan BH, pentilnya menonjol keluar memberkas di baju tidurnya. Selesai ambil minum kedekati dia dan menyodorkan minuman.
"Temanmu sudah tidur?" tanyaku.
Pinta hanya mengangguk sambil terus meminum air putihnya sampai habis.
"Ahh, enak, segeer. Oom nonton apa!" tanyanya.
"Ah, film barat! Apa ya judulnya?" jawabku.
Kulihat dia mau ikutan nonton dan terus merebahkan kepalanya dibahuku.
Kurangkul dia dengan lembut sambil berkata, "Sudah tidur sana!".
Sambil merangkulnya kulihat payudaranya dari balik baju tidurnya. Begitu mengkal dan mantap, badanku bergetar pelan melihat pemandangan itu. Kurangkul dia erat dengan kedua tanganku, tangan kananku menyentuh dua bukit yang tertutup baju tidur. Aku elus tangannya dia pelan-pelan, aku benar-benar pengen menciumnya. Lupa diriku membuat aku nggak sadar akhirnya untuk segera menciumnya. Kudekap mukanya dan kucium dia bibir mungilnya dengan pelan-pelan. Matanya terbuka dan kemudian dia mendorongku pelan.
"Oom, jangan Oom!" tegasnya.
"Oom cuma mau cium kamu aja kok" kataku.
"Tante di kamar lho Oom, udah ah Pinta mau tidur!" ujarnya.
Aku pegang tangannya lembut dan coba untuk membiarkannya pergi tidur.
"Oom kenapa? Emangnya Oom lagi mau!" tanyanya lagi.
"Ah nggak kok, tadi Oom cuma mau cium kamu aja" jawabku.
Pinta kembali duduk mendekatkan diri kepadaku. Dia cium pipi kiriku, dan menarik mukaku berhadapan dengan mukanya serta mencium bibirku.
Aku terhentak kaget, "Eh, sekarang kamu yang aneh..!" kataku.
"Sini Oom, Pinta pegangin aja ya..!" kata keponakkanku.
"Kamu serius, Pinta!" jawabku.
"Oom mau nggak, n'tar Pinta tidur nih" ancamnya.
"Emangnya kamu pernah.." kataku terpotong.
"Udah deh, nanti Tante bangun.. Oom nggak jadi!" jawabnya cepat.
Dia masukkan tangannya ke dalam celanaku, memegang dan coba membangunkan burungku yang sedang tidur. Aku turunkan celanaku agar dia bisa leluasa bekerja, dan membuka baju atasnya agar bisa kulihat payudaranya. Payudaranya begitu bagus terlihat oleh mataku, kuremas dan kupilin petilnya. Pinta mendesah kegelian dan membuat kocokannya semakin cepat.
Dia lepas tanganku dan berkata "Oom aja deh..".
Dia tertelungkup dan menghisap batanganku, nikmat kurasakan kuluman keponakanku ini. Dalam hati berpikir kalau dia pernah melakukan hal ini sebelumnya.
"Kamu pernah begini, Pinta!" tanyaku.
"Cuma pacar Pinta sering minta Pinta giniin" ujarnya.
Dalam hatiku berpikir, "Sama kayak aku pacaran dulu dong?!".
Dia terus mengulum burungku dengan kocokan tangan kanannya yang sudah mengetahui seluk beluk burung laki-laki. Makin cepat kocokannya membuat diriku mengerang pelan dan meremas pantatnya yang keremas-remas.
"Oom.. nggak kuat Pinta, Oom mau keluarr..!" erangku.
Pinta bangun dari tempatnya dan pindah jongkok menghadap burungku. Dia kocok burungku dengan mengarah ke mulutnya yang terbuka. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa dengan sensasi yang dia lakukan.
"Ahh.. sshh, Piinntaa.." erangku.
Dan.. croot.. croot, keluarlah spermaku dan masuk kedalam mulutnya. Dia terus mengock membuat cairanku keluar banyak sekali (ada kali 6-7 kali). Mulut dan mukanya penuh dengan spermaku, selesai spermaku keluar dia kulum lagi batangku dengan lembut. Wah, hebat banget keponakanku ini, pintar luar dalam. Puas dia kulum burungku, aku cium bibirnya dengan mesra.
"Terima kasih sayang.. Kamu benar nggak mau juga!" ucapku.
Dia bangkit berdiri dan sambil tersenyum mesra dia berkata "Besok-besok aja Oom..".
Pinta langsung ke kamar mandi dan masuk kamar. TV ku matikan dan masuk kamar, istriku tertidur pulas banget. Aku dekap dia dari belakang dan ikut tidur puas.
Sabtu aku libur, istriku sudah bersiap-siap pergi dengan beberapa teman komplek, katanya sih ada acara masak-masak di tempat temannya yang akan menikahkan anak sulungnya.
"Pa, Mama ajak Surti (pembantu rumahku) ya.." katanya.
"Mama lama ya?" kataku.
"Ah, nggak. Orang cuma di komplek aja kok. Sore juga pulang" jawabnya.
"Ya udah!" jawabku.
Gak lama istri dan pembantu udah ngacir pergi. Aku ambil perkakas kerja dan naik keatas genteng membetulkan yang bocor.
"Oom, Tante.. Pinta datang" teriak Pinta.
"Oom diatas, Pinta!" balasku.
"Ngapain? Jatuh lho main diatas genteng" candanya.
Aku tersenyum bergegas menyelesaikan pekerjaanku, dalam hatiku menggebu-gebu karena keponakkan kesayanganku datang.
Sampai dibawah, Pinta menghampiriku bertanya "Tante mana?".
"Pergi ke rumah temannya, acara masak-masak" tandasku.
"Si Mbok dibawa juga" tanyanya lagi.
"He-eh, lho kamu udah liburan yah.." tanyaku balik.
"Iya, sambil nunggu hasil ujian" katanya.
"Kamu mau minum apa" tawarku.
"Gak mau minum, aku mau ama Oom aja" jawabnya dan merangkulku.
"Yeah, baru sampai langsung eksen.." candaku.
Dia terus merangkul aku dan mendekapku dengan kencang.
"Ayo dong Oom, nanti tante keburu datang" mintanya.
"Ah, Tante pulang sore kok" jawabku.
Kami ngobrol di depan TV ngalor ngidul menceritakan pengalaman kita bermain seks, ternyata Pinta memang tergolong keponakkan yang supel ("Suka Peler").
*****
Singkat cerita kami sudah bergumul saling mencium dan melumat bibir lawan mainnya. Dia begitu panas hari ini, kulepaskan pakaiannya satu persatu dan terus melumat payudaranya. Dadanya bagus, kencang dan putingnya hitam kecoklatan. Aku hisap puting kanannya dan tangan kiriku meremas yang kiri. Dia menggelinjang kencang ditambah desisnya yang kadang mengencang ditambah suaranya yang keluar "Aahh..". Aku jilati bagian perut dan pusarnya membuat dia makin tergila-gila menahan kenikmatan ujung lidahku. Puas diatas, ditengah sekarang aku ke bawah. Celana dalamnya masih dipakainya, kulihat celana dalamnya sudah basah oleh cairannya sendiri. Aku turunkan celananya dan membuangnya dekat TV. Aku turunkan kepalaku dan melumat bibir vagina keponakkanku. Dia mengerang keras dan menjepit kepalaku dengan kedua kakinya. Aku buka vaginanya dan kulihat itilnya yang kecil, segera kucium dan kujilati naik turun membuat dia semakin menggelora.
Lama sekali aku menjilati vaginanya, karena aku ingin membalas budinya pada malam itu. Sekarang saatnya aku membalas budinya dengan cara melumat dan menjilat kadang kusedot keras itilnya. Dia bergerak naik turun untuk mengibangi gerakan mulutku yang ada di sekitar lobang vaginanya.
"Ah, uh.. Pinta mau keluar Oom.." katanya terpatah-patah.
Aku semakin meningkatkan gerakanku, dan dia semakin mengencangkan jambakannya ke rambutku.
"Ahh.. ah.. Ooomm, Pinnta.." badannya mengejang keras.
Kakinya mendekapku erat dan aku hampir tidak bisa bernafas dibuatnya. Dia menegang beberapa kali, dan aku membenamkan seluruh mukaku ke vaginanya. Dia kejang-kejang sedikit begitu masih kujilati itilnya, kemudian dia tarik aku, dicium dan dilumatnya bibirku dengan nafsu.
*****
Ternyata dia memang belum mau berhenti, dia terus menciumi aku dan mendorongku untuk tiduran, aku mengikuti apa yang dia inginkan. Dia langsung mengarah ke burungku dan menghisapnya. Kubiarkan dia memainkan burungku, dia jilat bijiku, dia kulum kepala burungku dengan cepat. Aku duduk dibawah dan menuntunnya untuk menduduki aku diatas. Dengan cepat dia mengerti apa yang kumaksud, dia berjongkok diatas burungku. Tangan kananya memegang burungku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya,
slleebb.. sekarang burungku ada disangkarnya.
Pinta mendesah dan menatapku dengan pandangan sayu dan birahi. Pelan dia angkat pantatnya dan pelan pula di menurunkannya. Aku hanya memperhatikannya dan melihatnya memasukkan dan mengeluarkan burungku di vaginanya. Setelah terbiasa dia mulai melakukan gerakan berirama. Kadang naik turun, kadang pantatnya memutar kiri dan kanan, membuatku benar-benar merasakan kenikmatan vagina keponakanku sendiri. Aku genggam pantatnya kubantu dia menggerakkan pantatnya. Pinta benar-bebar menikmati burungku dia terus menggerakkan dengan kekuatanya untuk mendapatkan kenikmatan kedua kalinya. Aku sendiripun sebenarnya sudah tak tahan lagi, tapi Pinta sepertinya mau keluar lagi.
"Ahh.. hhaahh" suaranya.
Desahan panjang dengan getaran badannya membuatku tahu kalau dia sudah orgasme untuk kedua kali.
Kuputar badannya untuk segera aku tindih, aku sudah nggak tahan.
"Oom nggak tahan nih.." pintaku.
Pinta membetulkan posisinya dengan duduk dan bersandar di sofa dibelakangnya. Aku masukkan kembali burungku ke vaginanya, kali ini aku sudah nggak tahan lagi.
"Oom, jangan dimasukkin yah maninya.." ajar Pinta kepadaku.
Aku mengangguk dan terus menggenjot pantatku maju mundur.
Pinta mencium bibirku sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku danmenjilati mukaku. Begitu mau keluar, kucabut batangku dan mengocokknya diatas vaginanya, Pinta terus menciumku dan ikut melihatku mengocok burungku sendiri.
"Achh.. ahh.. ahh.." desahku.
Kukeluarkan semua spermaku keatas perut, tembakan spermaku yang pertama kena di pipi kiri Pinta sementara sebagian ada di perut dan menetes di sekitar bulu-bulu vaginanya. Banyak juga kulihat spermaku keluar, kental dan banyak. Aku bagkit dan mengarahkan burungku untuk dikulum Pinta, aku geli luar biasa merasakan kuluman Pinta. Kami terkulai bersama diatas karpet di depan TV rumahku. Pinta tiduran di sekitar perutku sambil memainkan burungku yang sudah mengecil, dan aku duduk bersandar sofa.
*****
"Pinta, Pintaa..!" seorang gadis memanggil keponakanku di luar.
Kami sedikit panik dan bergegas untuk bangkit serta berbenah diri, tapi itu temannya Pinta sudah membuka pintu depan dan memandang kami yang bertelanjang bulat. Pinta langsung berlari ke depan pintu dan menarik tangan temannya itu.
"Kamu ngapain, Pinta?" tanyanya sambil melihatku bertelanjang.
"Kamu nggak usah bawel deh.." jawab Pinta dengan sedikit judes.
"Hai!" sapaku ke temannya Pinta yang nginap waktu itu.
Temannya tersenyum sedikit, dan Pinta menutup pintu kembali setelah menarik temannya duduk dekatku. Temannya bingung nggak karuan melihatku yang masih telanjang dan duduk disampingnya.
Pinta langsung duduk ditengah-tengah kami, dan berkata "Tumben kamu hari Sabtu kesini? Biasanya udah ngilang!" tanya Pinta.
"Aku.. aku, nggak jadi pergi, makanya aku kemari.." jawab temannya gugup.
"Kamu takut ya?" tanyaku kepada temannya Pinta.
"Takut..? Takut apaan.. dia takut? seneng kali!?" potong Pinta.
"Lho kok kamu yang jawab?" tanyaku ke Pinta.
"Dia ini Oom yang ngajari aku beginian.." jelas Pintaku.
"Ah, nggak Oom, Pinta bohong..!" jawabnya sambil tertunduk malu.
Aku mendekap Pinta dari belakang, kurangkul dia dari belakang sampai kuangkat dia kepangkuanku, kembali aku cium tengkuknya. Ku ciumi punggungnya dan tanganku meremas payudaranya. Kuputar sedikit badannya agar aku bisa mencium payudaranya. Aku terus mencium dan menghisap puting payudaranya, sedangkan kulihat tangan kiri Pinta mengelus pipi temannya. Temannya beringsut malu dan sesekali melirik kami berdua. Pinta melepaskan rangkulanku dan mendekati temannya. Dia ciumi temannya itu, temannya diam dan coba untuk membrontak tapi Pinta sepertinya tau kalau itu bohong.
Temannya melirikku dan melihat batang burungku yang masih tidur. Aku pegang kepalanya dan menuntun temannya kearah burungku, temannya mengikuti gerakan tanganku. Posisi kita di sofa sekarang benar-benar kayak di film bokep aja, temananya Pinta tertelungkup dengan mukanya di burungku, Pinta nungging membelakangiku dengan kaki kiri naik disandaran sofa membuatku melihat garis vagina keponakan. Sementara batang burungku asyik dilumat sama temannya Pinta tangan kanan kiriku meremas payudaranya temannya Pinta, tangan kananku memegang vaginanya Pinta. Sedangkan Pinta sudah asyik menjilati vagina temannya. Mereka berdua mendesah, bergumam masing-masing kudengar.
Lama kami saling menjilati, melumat dan mencium kemaluan lawan main. Aku membantu Pinta untuk membuka baju temannya, setelah itu kita saling memandang tubuh telanjang kami. Pinta langsung meniduri temannya dan kemudian menuntun burungku untuk dimasukkan ke vagina temannya. Kami bertiga bermain di sofa, aku mamsukkan burungku ke vagina temannya, Pinta menghisap dan memainkan payudaranya temannya. Aku kocok keluar masuk burungku, kudengar temannya hanya mendesah dan mengeluarkan kata-kata ah, uh aja.
Temannya memegangi tangan kiriku dan terus ikut mengerakkan pantatnya maju mundur sedangkan tangan kanannya merangkul Pinta untuk terus menghisap payudaranya. Payudaranya putih dan mulus kulihat bergerak keatas kebawah mengikuti sodokan burungku.
"Ahh.. ahh, akuu.. ahh" jerit temannya Pinta. Dan badannya mengejang tegang sekali, aku terus mempercepat gerakanku semetara Pinta melumat bibirnya dengan cepat. Kulihat temannya mengejang sampai akhir, kubiarkan burungku di dalam vaginanya. Temannya melepas rangkulannya ke Pinta dan datang menghampiriku sambil mendekap dan menciumiku.
Kucabut batang burungku, kali ini Pinta yang nungging dan minta untuk dimasukkan burungku. Aku menurut saja, kemasukkan burungku ke dalam vagina Pinta dan bergerak maju mundur. Pinta benar-benar nikmat sekali sepertinya, sementara temennya sudah tiduran di bawah payudaranya Pinta. Kulihat vagina temannya, sambil burungku main dengan vagina Pinta tangan kananku memegangi vagina temannya. Kulihat mereka asyik dengan permainan bebas berekspresi seperti ini.
Pinta membuat gerakan maju mundur yang berirama dan aku meihat temannya sudah basah lagi. Aku capek dibuat sama mereka, aku berhenti dan duduk di sofa, Pinta melihatku dan beranjak hendak menduduki aku. Kubiarkan dia memasukkan kembali batang burungku dan terus menggoyangnya dengan lihai. Temannya mendekati wajahku dan mencium bibirku. Kembali vagina temannya Pinta kupegangi dan sambil kumainkan itilnya.
Pinta mempercepat gerakannya, dia asyik sendiri dengan menikmati burungku yang ada di dalam vaginanya kadang naik turun, memutar-mutar tak menentu. Temannya Pinta jatuh tidur di dadaku dan mendesah-desah karena itilnya kumainkan terus tanpa henti sedari tadi.
"Ahh.. ahh.. ah, Oom.." temannya Pinta sudah keluar lagi.
Dia gigit puting dadaku menahan rasa nikmat yang dia rasakan. Sementara itu Pinta semakin mempercepat gerakannya, badanku bergoyang dan bergerak nggak karuan akibat goyang si Pinta. Temannya Pinta sudah duduk di sampingku dan melihat Pinta yang sedang sibuk bergerak sendiri untuk mecapai orgasmenya lagi.
Kemudian, "Ahhcchh.. Ooomm, Piinntaa suudah kelluuaarr.." katanya.
Dia langsung jatuh kepelukkanku dan badannya kejang-kejang beberapa, bergetar dan kakinya menjepit pinggangku sambil menggoyangkan pantatnya memutar-mutar. Aku peluk dia sambil kuciumi tengkuk lehernya, tanganku memegang pantatnya yang montok dan keras itu. Pinta kembali bangun dari pelukanku dan menciumku dengan ganas.
"Ihh, Oom hebat juga yah.." katanya manja padaku.
"He.. he.. he" tawaku bangga.
Pinta kembali menciumku dan memelukku dengan gemas. Burungku masih ada dalam lobang vaginanya Pinta dan sudah nggak tahan untuk segera menyelesaikan permainan panas ini.
"Oom, belum keluar lagi ya?" tanya Pinta.
"Belum.. ayo dong cepet, nanti Tante pulang nih..!" jawabku cepat.
Pinta langsung mencabut burungku yang sudah mengkilat kayak abis disemir akibat cairan si Pinta.
Pinta mendekati burungku mengelapnya dengan kaosku karena cairannya Pinta sendiri yang membanjir burungku dan mulai mengocok serta menciumnya. Pinta langsung mengulum burungku dengan gerakan erotisnya, temennya Pinta tertarik untuk bergabung dengan Pinta. Dia ikut turun ke bawah dan memegang bijiku serta menciumi pahaku. Aku benar-benarterangsang berat melihat dua gadis sedang menikmati burungku, ada yang mengulum dan ada yang menciumi daerah sekitar burungku.
Aku merasakan nikmat yang amat sangat diperlakukan seperti ini. Kulihat kadang mereka berganti-ganti mengulum burungku. Akhirnya lama mereka mencium dan mengukum burungku, pertahananku jebol dibuat mereka.
"Ahh.. aarrgghh.. ah, uhh.." desahku.
Mereka berbagi sperma yang kukeluarkan sambil mengocok dan menempelkan bibir mereka di ujung kepala burungku yang masih mengeluarkan sperma.
Setelah selesai aku mengeluarkan spermaku, mereka kembali mencium dan menjilati batang burungku sesekali mengulumnya. Aku merasakan geli yang bisa membuatku terbang ke awan sono. Akhirnya aku angkat mereka dan kutarik duduk disampingku. Pinta sebelah kananku dan temannya ada di sebelah kiriku. Aku peluk mereka berdua dan kucium bibir mereka satu-persatu segbagai tanda terima kasihku.
Akhirnya mereka bangkit dan terus berjalan ke kamar mandi sedangkan aku masih duduk termangu memandangi tubuh mereka dari belakang berjalan dengan lenggak lenggok ke arah kamar mandi.
*****
Semenjak itu aku dan keponakan melakukannya lagi denganku disaat rumah benar-benar aman untuk kami berdua, kadang malam hari kadang siang hari disaat istriku sibuk ama teman kompleknya. Pinta sering juga mengajak temannya itu datang ke rumah untuk bisa melakukannya lagi bersama-sama aku. Sekarang Pinta sudah menikah dengan pacarnya itu, mereka sepertinya hidup bahagia begitu juga denganku dan istriku.